PERS DI TENGAH GEMPURAN DISRUPSI DIGITAL DAN KECERDASAN BUATAN, PERAN MANUSIA DAN VERIFIKASI TETAP UTAMA



Lumajang, Suara Semeru - Di tengah derasnya arus disrupsi teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Lumajang menggelar kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) bagi insan pers. Kegiatan ini berlangsung pada 14–15 Oktober 2025 di Aula Penginapan Bunga Low, Tumpak Sewu, Kecamatan Pronojiwo.

Ketua PWI Lumajang, Mujibul Choir, S.E., menegaskan bahwa transformasi pers saat ini menghadapi tantangan besar dalam menjaga integritas informasi di era digital. Maraknya berita palsu di media daring menjadi ancaman serius bagi kredibilitas pers, termasuk media cetak yang tengah beradaptasi di ruang digital.

“Transformasi pers menjadi isu krusial, terutama dalam mempertahankan prinsip jurnalisme seperti akurasi, etika, dan kepercayaan publik di tengah dominasi teknologi AI,” ujar Gus Choir, sapaan akrabnya.

Ia menambahkan, ketika digitalisasi berlangsung secara masif, potensi hilangnya ruang independen semakin nyata. Terlebih jika algoritma AI dibiarkan dikendalikan oleh kepentingan komersial tanpa pengawasan ketat. “Hal ini bisa menjadi ancaman bagi kebebasan pers dan keberlanjutan demokrasi yang sehat,” tegasnya.

Sementara itu, Drs. Machmud Suhermono, M.I.Kom., M.IP., Wakil Ketua PWI Jawa Timur Bidang Organisasi, menilai perkembangan teknologi digital dan kecerdasan buatan dalam beberapa dekade terakhir telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan, termasuk lanskap media massa.

“Gempuran teknologi dan AI menjadi tantangan baru dalam evolusi pers. Transformasi ini bukan sekadar pergeseran medium, tetapi juga perubahan paradigma dalam produksi, distribusi, dan konsumsi informasi,” jelasnya saat memberikan materi peningkatan SDM anggota PWI Lumajang.

Menurutnya, perubahan perilaku audiens yang kini lebih menyukai konten media sosial turut mengguncang pola bisnis media konvensional. “Terjadi pergeseran audiens yang lebih menyenangi konten media sosial, dan perlahan menghancurkan pola bisnis media. Ini akibat perubahan pola komunikasi,” ujarnya.

Meski begitu, Machmud menegaskan bahwa dalam menghadapi disrupsi digital dan kecerdasan buatan, peran manusia tetap menjadi kunci utama.

“AI hanyalah alat bantu. Verifikasi tetap harus menjadi yang utama. Media juga perlu menjelaskan kepada publik mana konten yang dihasilkan dengan bantuan AI, agar audiens memahami dengan jelas mana produk jurnalistik yang sesungguhnya,” pungkasnya. ( har )

 

  


Posting Komentar

0 Komentar