Lumajang, Suara Semeru - Suasana penuh haru di Aula Bumi Perkemahan Glagaharum, Kecamatan Senduro, menjadi saksi bagaimana sinergi Forkopimda Lumajang bukan sekadar bentuk kerja sama kelembagaan, melainkan fondasi kokoh bagi terjaganya harmoni sosial dan keamanan daerah.
Dalam acara Pisah Kenang Kepala Kejaksaan Negeri Lumajang,
Bupati Lumajang, Bunda Indah Amperawati menegaskan bahwa kekompakan unsur
Forkopimda selama ini menjadi kunci stabilitas Lumajang, daerah yang pernah
diuji bencana, dinamika sosial, dan berbagai tantangan kebijakan nasional.
“Forkopimda bukan hanya forum rapat, tetapi keluarga besar
yang menjaga arah dan ketenangan masyarakat. Di dalamnya, ada semangat saling
mendukung untuk memastikan Lumajang aman, tenteram, dan penuh rasa percaya
antarwarga,” ungkap Bunda Indah.
Ia menyampaikan apresiasi mendalam kepada Kejaksaan Negeri
Lumajang yang selama ini telah menjadi mitra strategis pemerintah daerah,
terutama dalam memastikan penegakan hukum yang adil dan mendidik.
Menurutnya, ketegasan hukum yang disertai pendekatan
kemanusiaan menjadi pilar penting dalam menjaga kepercayaan publik.
“Pak Kajari selalu menempatkan hukum bukan sebagai alat
kekuasaan, tapi sebagai jembatan keadilan. Itulah yang menumbuhkan rasa aman di
masyarakat, karena hukum di Lumajang berjalan dengan hati,” tutur Bunda Indah.
Bunda Indah menilai bahwa harmoni sosial tidak bisa tumbuh
tanpa rasa saling percaya antar pemimpin daerah. Forkopimda Lumajang, kata dia,
selama ini berfungsi sebagai penopang sistem sosial yang mampu meredam gesekan
di masyarakat, menenangkan suasana saat krisis, dan memastikan kebijakan publik
berjalan dalam bingkai kebersamaan.
“Ketika pemerintah, aparat hukum, dan keamanan saling
mempercayai, maka masyarakat juga akan ikut tenang. Harmoni sosial adalah hasil
dari komunikasi yang tulus antarpemangku kepentingan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kehadiran Forkopimda yang
solid menjadi benteng sosial yang menjaga Lumajang tetap kondusif di tengah
berbagai isu nasional dan global.
“Dalam situasi sosial yang sering bergejolak, koordinasi
Forkopimda adalah kekuatan tak kasatmata. Di Lumajang, kami tidak membiarkan
perbedaan menjadi sumber perpecahan, karena kami berdiri bersama untuk keamanan
masyarakat,” tegasnya.
Bunda Indah juga menyampaikan terima kasih kepada Kepala
Kejaksaan Negeri yang akan bertugas di tempat baru. Ia menilai, dedikasi dan
kehadiran Kajari selama ini turut membentuk karakter pemerintahan yang
transparan dan berkeadilan, pondasi yang memastikan masyarakat hidup dalam rasa
aman.
“Semoga semangat pengabdian yang telah Bapak tanam di
Lumajang terus berbuah kebaikan. Kami akan menjaga nilai-nilai itu agar
Forkopimda tetap menjadi ruang kerja yang penuh kehangatan dan keteladanan,”
ujarnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Lumajang, Mas Yudha Adji Kusuma,
menyebut bahwa kekompakan Forkopimda di bawah kepemimpinan Bunda Indah telah
menjadi model kolaborasi sosial-politik yang efektif dalam menciptakan
stabilitas daerah.
“Sinergi Forkopimda Lumajang bukan formalitas. Kami
bersama-sama turun ke lapangan, menyentuh masyarakat, dan memastikan setiap
kebijakan publik mampu menenangkan, bukan menimbulkan kecemasan,” ungkapnya.
Mas Yudha menegaskan bahwa keberhasilan menjaga harmoni
sosial tidak terlepas dari gaya kepemimpinan Bunda Indah yang mengedepankan
komunikasi terbuka, empati, dan pendekatan kekeluargaan di setiap lapisan
masyarakat.
“Di bawah kepemimpinan beliau, Forkopimda tidak berjalan di
atas sekat. Kami seperti keluarga besar yang punya satu tujuan: menjaga
Lumajang tetap damai dan masyarakatnya merasa dilindungi,” katanya.
Acara perpisahan itu ditutup dengan doa bersama, penyerahan
kenang-kenangan, serta suasana keakraban antar anggota Forkopimda. Dalam
keheningan malam di kaki Gunung Semeru, Bunda Indah kembali menegaskan pesan
pentingnya menjaga kesatuan hati dalam pelayanan publik.
“Selama komunikasi kita jujur dan niat kita tulus, keamanan
daerah akan selalu terjaga. Harmoni sosial tidak dibangun dengan kekuatan
senjata, tapi dengan kepercayaan dan persaudaraan,” pungkasnya.
Pisah kenang itu tidak hanya menjadi momen perpisahan,
tetapi juga refleksi mendalam atas arti pengabdian kolektif. Di bawah
kepemimpinan Bunda Indah, Lumajang menunjukkan bahwa keamanan dan ketertiban
sosial adalah buah dari kolaborasi yang berakar pada kepercayaan, empati, dan
kebersamaan. (har)

0 Komentar