CEGAH STUNTING, DINKES P2KB LUMAJANG AJAK GENERASI MUDA HINDARI PERNIKAHAN DINI

 

Sumber : Semeru FM

     Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana Muda, Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Lumajang, Chrismalla Ayu Budi Yuni Andari berharap, generasi muda mulai memperhatikan gaya hidup sehat sejak dini dan menghindari pernikahan di usia dini. 

     Menurutnya, menikah di usia dini dan ditambah dengan gaya hidup yang tidak sehat nantinya akan memengaruhi kondisi kehamilan, sehingga berpotensi melahirkan bayi dengan gangguan tumbuh kembang atau stunting. 

     “Sesuai arahan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), setiap kali sosialisasi selalu kami tekankan hindari pernikahan usia dini, karena itu akan berdampak pada stunting,” ungkapnya, ketika menjadi narasumber di Radio Semeru FM pada Selasa (29/11).

Sumber : Semeru FM

     Hadir pula dalam dialog tersebut Wakil Ketua Ikatan Generasi Berencana (Insan GenRe) Kabupaten Lumajang, Bayu Setyawan dan Duta GenRe 2022, Safarotun Najibah. Tema yang diusung adalah “Membentuk Generasi Berencana Sejak Dini Dalam Upaya Pencegahan Stunting”.

     Untuk itu, kata Ayu, edukasi mengenai stunting diperlukan para remaja sedari dini. Salah satunya dengan memberikan pemahaman cara pemenuhan segala aspek penunjang kesehatan sebelum berkeluarga. Salah satu upaya yang sudah dijalankan dengan mengajak generasi muda untuk saling memberikan masukan soal pentingnya stunting dan Keluarga Berencana (KB).

Sumber : Semeru FM

     “Disini para generasi muda jika diberikan pemahaman oleh orang tua akan merasa canggung atau bahkan merasa digurui. Oleh karena itu, kami mengajak para generasi muda untuk bersosialisasi, sehingga bahasa dan masukan yang mereka peroleh dari sesama generasi muda akan terasa sejalan, sehingga cepat mengena,” jelasnya.

     Dia menambahkan, sasaran yang mulai didekati oleh Dinkes P2KB Kabupaten Lumajang adalah para peserta didik, terutama yang aktif terjun dalam kegiatan sekolah salah satunya Pramuka. Disini berbagai masukan soal pentingnya hidup sehat untuk mencegah stunting dan KB akan mudah diterima oleh peserta didik, sehingga bisa digetok tularkan kepada yang lainnya.

     Dalam kesempatan itu, pihaknya turut mengimbau agar generasi muda menghindari pernikahan dini, karena untuk usia ideal dalam pernikahan bagi wanita minimal 21 tahun dan laki-laki 25 tahun. Menurutnya, di usia remaja merupakan masa dimana perkembangan fisik dan tubuh cenderung berubah dengan sangat cepat. 

     “Secara tidak langsung hal tersebut menuntut remaja untuk mencukupi asupan nutrisi dengan baik,” ujarnya. 

Sumber : Semeru FM

     Selain pemenuhan gizi, ia meminta agar edukasi pencegahan stunting dapat dipahami dengan baik oleh remaja sebagai generasi muda. Utamanya, pemahaman mengenai pemenuhan nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Ia menegaskan, Hak Pasien dan Keluarga (HPK) memegang peranan penting dalam pencegahan stunting. Sebab, di fase tersebut 70-80 persen pertumbuhan otak seseorang sedang berlangsung.

     Menurutnya, stunting yang selama ini terjadi sebenarnya tidak hanya dialami oleh keluarga yang miskin dan kurang mampu saja, akan tetapi stunting juga dialami keluarga yang tidak miskin atau yang berada di atas 40 persen tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi.

     “Stunting dapat terjadi karena terbatasnya pemahaman tentang pengasuhan yang tidak hanya dilakukan ketika anak sudah lahir. Tetapi juga dilakukan sejak anak masih berada di dalam kandungan, sehingga orang tua dan keluarga dapat meminimalisir faktor risiko terhadap pertumbuhan dan perkembangan anaknya,” jelasnya.

Sumber : Semeru FM

     Untuk itu, pemenuhan nutrisi harus disiapkan dengan baik oleh para calon orangtua sedari awal. Oleh karenanya, pemerintah saat ini berupaya untuk mewujudkan tercapainya cita-cita besar Bangsa Indonesia yang maju dengan menjaga kualitas generasi muda bebas stunting. 

     Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Insan GenRe Kabupaten Lumajang, Bayu Setyawan. Pihaknya mengaku sudah melakukan berbagai kegiatan ke beberapa sekoah berkaitan dengan upaya pencegahan stunting di Kabupaten Lumajang. Salah satunya pemahaman soal penyiapan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui program Generasi Berencana (GenRe).

     Bayu menegaskan, program GenRe berupaya menyiapkan generasi muda untuk mampu mengisi bonus demografi, menyiapkan generasi emas Indonesia pada tahun 2045 mendatang. GenRe dikembangkan untuk penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan, berkarir dalam pekerjaan, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi.

     Program GenRE dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan, serta sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan menyiapkan kehidupan berkeluarga dalam upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. 

     “Dengan bekal yang baik selama menjadi remaja GenRE, diharapkan dapat membentuk keluarga yang sejahtera, damai, dan tenteram,” tuturnya.

Sumber : Semeru FM

     Sementara itu Duta GenRe 2022, Safarotun Najibah menambahkan, stunting dapat dicegah dimulai dari masa remaja, dimana seorang remaja dapat mempersiapkan dan merencanakan masa depan dan kehidupan berkeluarga. Apalagi saat ini Indonesia sendiri sedang menyongsong era bonus demografi dimana proporsi dan jumlah remaja sangat tinggi terhadap total populasi.

     “Kami sebagai Duta GenRe sudah melakukan berbagai kegiatan terutama soal penanganan stunting di Kabupaten Lumajang, dengan melakukan diskusi dibeberapa sekolah. Bahkan selain persoalan stunting, permasalahan bahayanya narkoba dan sex bebas juga tidak pernah lepas dari pembahasan kami, ketika melakukan pertemuan atau sosialisasi,” pungkasnya. (Yoni Kristiono)


Posting Komentar

0 Komentar