TERBENTUR ANGGARAN, PASUKAN PENGIBAR BENDERA MERAH PUTIH DIKURANGI JADI ENAM ORANG

Sumber : Semeru FM

     Anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA) yang beberapa tahun sebelumnya khusus pada pengibaran bendera merah putih berjumlah delapan orang, di tahun ini hanya dihuni enam orang saja, hal ini menyesuaikan dengan alokasi anggaran yang terbatas, tetapi langsung menuai kritikan Dewan.

     Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lumajang, Bukasan, S.Pd, M.M. Mengaku kecewa pasca mengikuti prosesi upacara bendera dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke 77 pada Rabu 17 Agustus 2022, di Alun-alun Lumajang. Kejanggalan yang seharusnya tidak dilakukan malah terkesan menjadi bahan tontonan.

     “Saya terenyuh melihat pembatasan jumlah peserta PASKIBRAKA yang jumlahnya dikurangi menjadi enam orang. Setelah saya tanyakan, ternyata alasannya hanya soal anggaran,” keluhnya, ketika menjadi narasumber diprogram Dewan Mendengar Radio Semeru FM pada Rabu (17/8). Tema yang diusung dalam dialog tersebut adalah “Esensi HUT RI ke 77 dan Penguatan Wawasan Kebangsaan”.

Sumber : Semeru FM

     Menurut Bukasan, momen peringatan HUT-RI adalah momen penting atau sakral yang tidak seharusnya terdapat pengurangan, karena sudah ada petunjuk teknis (Juknis) dari pemerintah pusat, apapun alasannya seharusnya dilakukan sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan.

     “Dari pemerintah pusat hingga ke daerah, momen sakral itu seharusnya dilakukan oleh pasukan pertama berjumlah 17 orang kemudian pasukan pengibar bendera sebanyak 8 orang dan terakhir pasukan yang berjumlah 45 orang,” jelasnya.

     Bukasan menambahkan, momen kemerdekaan adalah keadaan atau hal yang berdiri sendiri baik secara kedaulatan, secara kemandirian, secara edukasi, sumber hukum dan martabat bangsa. Sehingga momen sakral seperti perayaan HUT RI jangan sampai dibuat main-main. 

     “Para pendiri bangsa Indonesia, dalam memperjuangkan kemerdekaan harus mengorbankan jiwa dan raga. Kita sebagai penerus harus menghormati dan melaksanakan momen kemerdekaan ini dengan baik dan jangan terkesan main-main, ayo hormati pengorbanan mereka,” pintanya.

Sumber : Semeru FM

     Slogan HUT RI yang ke-77 adalah ‘Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat’. Slogan ini menurut Bukasan, bukan hanya sekadar rangkaian kata semata, melainkan mengandung makna, doa, dan harapan yang besar bagi bangsa Indonesia.

     Berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya, agama, dan sebagainya sempat mengalami hambatan karena adanya pandemi Covid-19. Namun, kondisi yang demikian berangsur pulih seiring dengan bersatunya masyarakat Indonesia dalam melawan pandemi tersebut.

     “Tema tahun ini jelas merefleksikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi pemersatu bangsa di tengah segala perbedaan dan tantangan bangsa, sehingga jangan ciderai momen sakral tersebut dengan persoalan yang sepele,” ungkapnya.

     Bukasan juga mengaku heran, alokasi anggaran untuk PASKIBRAKA tahun ini minim. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, anggaran untuk acara kemerdekaan itu sudah teralokasikan dengan baik. “Pengibaran bendera terbentur anggaran, jangan-jangan nanti perayaan karnaval dan Hari Jadi Lumajang (HARJALU) malah meriah, ini kan jelas tidak adil dan tidak menghormati para pahlawan pendiri bangsa,” tambahnya.

Sumber : Semeru FM

     Pada akhir dialog Bukasan berharap, pada momen sakral untuk merayakan kemerdekaan RI berikutnya, pemerintah harus mempersiapkan diri lebih matang, jangan hanya bicara soal anggaran hingga PASKIBRAKA tidak mendapatkan alokasi anggaran, karena acara upacara HUT-RI dilaksanakan hanya satu tahun sekali. (YONI KRISTIONO)


Posting Komentar

0 Komentar