HENDRIK DWI MARTONO, SOSOK PEMBAWA DESA PURWOSONO MAJU DAN MANDIRI

Sumber : Radio Semeru FM

    Desa Purwosono yang berada di Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, ternyata dulunya masuk urutan ke 198 berdasarkan data pemutakhiran Indek Desa Membangun (IDM). Hal itu lantaran desa tersebut masih bersetatus sebagai desa tertinggal di Kabupaten Lumajang.

     Melihat kondisi desanya yang masuk dalam kategori desa tertinggal itulah, membuat Kepala Desa Purwosono, Hendrik Dwi Martono, SE. Terus melakukan evaluasi agar desanya bisa maju. Berbagai cara ia lakukan terutama melakukan pendekatan kepada tokoh dan pemuda yang ada di desanya. 

     “Setelah saya terpilih pada Pemilihan Antar Waktu (PAW) tahun 2017 silam, ternyata Desa Purwosono masuk kategori desa tertinggal, ini yang menjadi penyemangat saya untuk memajukan desa ini,” ungkapnya, saat menjadi narasumber diprogram Ngobrol Bareng Mas Anam (NGOBRAS) Radio Semeru FM pada Sabu (5/3).

     Gebrakan awal yang ia lakukan dengan membuat jargon Satu Tekad Membangun Purwosono (SATE BANG PUR), nampaknya langkah Hendrik tidak main-main, pria kelahiran 1975 ini terus berinovasi dengan membuat juga jargon berikutnya bernama Pelayanan Administrasi dan Informasi Masyarakat, Datang Senang Pulang Berkesan (PELAMINAN MAS PUR).

     Nampaknya kedua jargon tersebut bukan hanya pajangan saja. Hendirk terus melakukan gebrakan dengan membuka pelayanan optimal di kantor desa sesuai jam kerja yang berlaku di pemerintah daerah. Masyarakat yang akan mengurus surat dalam bentuk apapun, akan dilayani dengan senang hati oleh perangkat desanya yang berada di kantor. “Pelayanan kepada masyarakat kami optimalkan, dari yang sebelumnya bisa dikata kurang maksimal,” imbunya.

     Selain dari segi pelayanan, ia juga melakukan gebrakan pada pembangunan fisik yang ada di desanya. Jalan yang selama ini belum tersentuh aspal, pada awal ia menjabat sebagai PAW, langsung dibangun dengan rabat beton melalui alokasi Anggaran Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD). “Sehingga masyarakat jalannya tidak menyentuh tanah lagi,” guraunya.

     Hendrik menambahkan, pada pembangunan fisik ini ia melibatkan masyarakat sekitar, sehingga perputaran uang dari pembangunan infrastruktur fisik yang menelan anggaran 1 miliar lebih tersebut, benar-benar bisa dirasakan oleh masyarakat. “Kecuali tenaga ahli, kami terpaksa mengambilnya dari luar karena di desa kami masih belum ada,” jelasnya.  
Sumber : Hendrik Dwi Martono, SE


GARASI TERNAK 

     Banyaknya peternak sapi di desanya yang rawan dengan aksi pencurian, juga tidak lepas dari perhatian Hendrik. Ia kemudian membuat program Garasi Ternak (Gaster), tujuannya agar para peternak sapi yang ada di wilayahnya tersebut merasa aman dan nyaman. 

     “Tujuan dan fungsi Gaster adalah untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan lingkungan terkait ternak sapi di wilayah Desa Purwosono, dengan memunculkan tanggung jawab bersama dengan metode keamanan gotong royong dan kebersamaan,” tegasnya.

     Hendrik menjelaskan bahwa warga dapat menitipkan ternak sapinya di Gaster pada sore hari dan diambil kembali pada esok pagi harinya. Warga juga bisa titip berhari-hari jika diperlukan, misalnya karena bepergian atau sesuatu hal. 

     Program Gaster ini diakui luar biasa karena melibatkan partisipasi penuh dan berasal dari swadaya warga desa. “Alhamdulillah program Gaster ini hingga detik ini masih berjalan dengan baik, semoga kedepan tetap bertahan dan semakin baik tentunya.” 
     
Sumber : Radio Semeru FM


KALI SEJUK 

     Wisata Kali Sejuk yang berlokasi di Dusun Darungan, Desa Purwosono, Kecamatan Sumbersuko, tiba-tiba jadi lokasi wisata yang diminati warga Lumajang. Alhasil, sungai ini membawa manfaat utamanya bagi perekonomian masyarakat sekitar.

     Padahal kata Hendrik, Kali Sejuk dulunya merupakan lokasi yang kotor dan kumuh, bahkan digunakan sebagai tempat BAB warga sekitar. “Ide pembuatannya bersamaan dengan adanya program ODF dari pemerintah daerah, dengan alokasi dana swadaya dari masyarakat, kami bertekat menyulap lokasi tersebut agar lebih bagus dan tidak digunakan untuk BAB sembarangan,” ungkapnya.
     Tak hanya itu, Hendrik menambahkan, dulunya kawasan Kali Sejuk merupakan jalan setapak yang digunakan penduduk sekitar untuk menuju desa tetangga. Bahkan, sempat menjadi jalur rawan karena digunakan sebagai jalan lintas aksi pencurian hewan.

     Namun kini, sungai ini bertransformasi menjadi tempat wisata yang selalu ramai dikunjungi. Sungai ini diperindah oleh pemerintah desa setempat dan disulap jadi lokasi wisata. “Kini Kali Sejuk sudah tak lagi digunakan sebagai jamban warga. Sungai jadi lebih terawat dan bisa digunakan untuk bermain air oleh pengunjung karena kejernihan sumber mata airnya,” tegasnya.

     Pada bagian akhir dialog Hendrik menegaskan, berbagai inovasi yang sudah ia lakukan tersebut ternyata bisa membawa berkah tersendiri. Selain bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Kini desanya juga masuk dalam kategori Desa Mandiri. “Awalnya kita masuk kategori desa tertinggal kemudian naik ke desa berkembang dan kini loncat ke desa mandiri tanpa melewati desa maju terlebih dahulu, ini sangat luar biasa dan anugerah bagi kami,” pungkasnya. (yon)

Posting Komentar

0 Komentar