JANGAN TUNGGANGI KRISIS EKONOMI UNTUK MANUVER POLITIK


      Krisis ekonomi akibat pandemi corona sangat dirasakan oleh semua kalangan. Situasi krisis yang dialami semua orang ini sangatlah rentan menimbulkan ketersinggungan dan konflik. Celakanya situasi seperti ini oleh sebagian orang dimanfaatkan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi atau kelompoknya, termasuk keuntungan politis. Tentu ini sangat disayangkan.
      Hal ini disampaikan pengamat ekonomi asal Lumajang, Agus Setiawan, SE, saat dialog interaktif diacara Ngobrol Pagi Bareng Setiawan di Radio Semeru FM Lumajang, Sabtu (2/5). Acara ini dipandu Hariyanto, S.Pd, dengan mengusung tema Bersiap Hadapi Krisis Ekonomi.


JANGAN BERMAIN API
      “Dalam kondisi saat ini jangan bermain api. Kritis boleh saja, tapi dalam kondisi sekarang harus cermat agar tidak menimbulkan fitnah dan provokasi negatif,” tegasnya.
Setiawan mengingatkan beberapa waktu lalu ada aksi vandalisme yang berisi provokasi yang berisi tulisan ‘Sudah Krisis Saatnya Membakar’. “Ada provokasi mengajak melakukan penjarahan,” ujarnya.
      Belum lagi muncul adanya pejabat politik yang memanfatkan krisis dengan berkampanye, memberikan bantuan mengatasnamakan diri dan partai, padahal bantuan yang diberikan tersebut menggunakan APBD atau APBN.
Ada lagi yang memanfaatkan situasi krisis ekonomi dengan menyalahkan pemerintah atau pun pihak tertentu, seolah krisis ekonomi akibat salah kepemimpinan atau pun akibat kebijakan yang keliru.
      Dalam menghadapi situasi krisis ekonomi, menurut Setiawan perlu adanya kolaborasi semua pihak, baik dari unsur pemerintahan, swasta maupun masyarakat umum. Semua harus mampu menanggalkan ego dan harus saling mendukung untuk kepentingan bersama yang lebih besar.
      Situasi pandemi corona telah mengakibatkan krisis ekonomi di segala bidang. Situasi seperti ini harus disampaikan secara jujur kepada masarakat. Masyarakat harus tahu bahwa saat ini kondisinya anomali. Menurut Setiawan, saat ini masyarakat tidak boleh berleha-leha atau bersantai, jangan sampai terlena dengan kehidupan sekarang.
Situasi ekonomi yang sulit akan menghadang selama 6 bulan ke depan, bahkan bisa lebih. Karena itu saat ini harus sudah bersiap diri dan tidak terlena dengan kehidupan sekarang.    

     Dengan mengetahu bahwa dunia sedang menghadapi krisis ekonomi, maka masyarakat bisa melakukan persiapan sehingga kondisi yang sulit akan bisa dihadapi dengan baik.
Jika masyarakat tidak siap sejak dini dikhawatirkan situasi akan semakin sulit dan masyarakat bisa mudah terprovokasi. Ini yang sedang dihindari oleh Pemerintah Indonesia. Begitu antusiasnya pemerintah Jokowi memberi insentif kepada masyarakat agar masyarakat tidak semakin menderita.
      Masih beruntung, meski saat ini Indonesia juga mengalami krisis, namun menurut Setiawan secara politik Indonesia masih kuat. Pendapatnya ini didasarkan pada beberapa hal di antaranya, lawan politik sudah menjadi bagian dari pemerintahan. Kepedulian masyarakat Indonesia dengan sikap gotong royong dan lain-lain bisa membantu meredam situasi dan terkontrol.
      “Masyarakat punya kesadaran, saling bantu membantu menghindari memanasnya situasi. Polisi,TNI, BNPB telah bekerja dengan baik sehingga memberi rasa aman dan nyaman kepada masyarakat,” tegasnya.
      Dalam situasi krisis seperti ini, meski sudah melakukan daya upaya menangani darurat corona dan memulihkan ekonomi, namun pemerintahan Jokowi masih juga mendapat cercaan. Ada yang menyebut jika krisis terjadi karena Indonesia menggantungkan diri dari hutang ke luar negeri.
      Banyak yang tidak mengetahui bahwa Indonesia di mata dunia baik. Pertumbuhan ekonomi terbesar nomor 3 di G20 dibawah India dan China. Ini artinya bahwa Indonesia tidak seburuk yang mereka sangka. Di dunia hutang Indoneisa paling kecil. “Menteri keuangannya terbaik dunia dan sangat prudent dan behati hati. Indonesia sangat mampu mengahadapi wabah. Bidang politik harus diantisipasi. Jika ada krisis ekonomi jangan sampai buruk, usaha tetap stabil,” ungkap Setiawan.
      Indonesia memang berhutang, namun ketika ada yang menyampaikan bahwa Indonesia mengandalkan hutang itu menurutnya tidak benar. “Negara memang berhutang namun beberapa tahun lalu, sebagian besar adalah dari masyarakat sendiri melalui obligasi retail,” ujarnya.


RESPONSIF TERHADAP KELUHAN WARGA
      Untuk menjaga kepercayaan dan stabilitas keamanan, Setiawan berulang kali juga mengingatkan agar pemerintah transparan terutama soal angka-angka. “Untuk Lumajang berapa sih anggaran yang dipersiapkan, berapa yang akan dibantu dan akan melakukan apa, hasil refocusing anggaran seperti apa,” ujarnya.
      Pemerintah diharap tidak segan melaporkan kepada masyarakat kegiatan apa saja yang sudah dilakukan. "Data penerima bantuan juga harus dibuka. Berikan transparasi data. Sediakan saluran khusus hotline pengaduan, apliksi pengaduan yang mudah diakses. Jangan hanya facebook, karena tidak semua masyarakat memakai facebook", tegasnya.
      Masyarakat kalau sudah mengeluh di facebook, maka menurutnya itu tanda sudah buntu penyalurannya. Dengan adanya keluhan maka pemerintah tahu apa sebenarnya yang terjadi di bawah, “Kalau hanya menerima laporan dari birokrasi di bawah bisa tersesat, soalnya hampir semua tipe birokrasi adalah yes man,” ungkapnya.
      Kecepatan dan ketepatan respons pemerintah dalam menanggapi setiap keluhan warga masyarakat sangatlah penting, agar tidak berlarut dan menjadi isu yang berkembang. Ini perlu kerjasama semua pihak dan saling bersinergi agar tidak ada ruang bagi mereka yang ingin memanfaatkan situasi krisis seperti sekarang ini untuk kepentingan pribadi dan golongan dan termasuk bagi mereka yang akan melakukan manuver politik.
      “Sudah saatnya berkolaborasi dengan semua pihak, karena kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri,”ujarnya. “Saling bahu membahu, jangan sampai terprovokasi melanggar hukum atau kegiatan menggulingkan kekuatan yang sah,” lanjutnya.
Setiawan yang juga seorang pengusaha muda sukses ini, sempat membagikan tips agar usaha di tengah-tengah krisis ekonomi bisa bertahan. Usaha di tengah wabah corona juga tidak mudah mengingat ada pembatasan bagi pergerakan orang.
      “Saya akan membagi beberapa tips, yang perlu diperhatikan untuk mengelola usaha adalah aspek keuangan. Aspek keuangan sekarang harus berhitung berapa sih saldo yang kita punya? Kira-kira cukup tidak selama 6 bulan ke depan selama covid. Kita harus tahu kekuatan kita agar tidak miskalkulasi,” ungkapnya.
      Ia mengajak menghitung pengeluaran rutin, bayar gaji karyawan dan THR , perhitungan kira-kira bisa bertahan berapa lama, proyeksi pendapatan dari berbagai sumber. Kalau dagang ia sarankan mengoptimalkan sistem online dengan memanfaatan media jual beli online dan juga media sosial seperti WA,FB, apliksi jasa e-commerce dan lain-lain.
Lakukan pengeluaran dengan bijak, dahulukan biaya yang penting, tahan belanja atau membeli yang tidak penting, kontrol biaya bahan baku karena krisis bahan baku naik. “Jika proyeksi bahan baku akan tinggi lakukan restok, Standar Operasional Prosedur(SOP) marketing harus diubah,” ungkapnya.
      SOP corona harus disesuaikan, misalnya dengan menyediakan tempat cuci tangan, handsanitizer, tirai untuk kasir. “Bangun kepercayaan kepada pelanggan. Jika itu tidak dilakukan pelangan tidak percaya akan cari tempat lain. Lakukan itu semua jangan pelit,” terangnya.
      Setiawan mengungkapkan bahwa itu semua dilakukan demi membangun kepercayaan pelanggan, bahwa kita juga perduli dengan kesehatan karyawan dan pelanggan sehingga mereka nyaman berbelanja atau berkunjung di tempat kita.
Lakukan program marketing krisis. Program penjualan ini dilakukan dengan cashflow untung tipis namun yang penting ada penjualan. Membuat program simpatik misalnya dengan sistem delivery order (DO), sebagai pesan bahwa usaha kita juga punya simpati terhadap wabah.
      Sampaikan aktivitas program simpatik darurat covid melalaui berbagai media, seperti media digital website dan media lain termasuk banner dan lain-lain dengan conten yang baik dan simpatik. “Kontrol dan evaluasi program marketing tadi, lakukan perbaikan secara cepat dan kreatif,” ujarnya.
      Untuk sumber daya manusia (SDM), Setiawan menganjurkan untuk memberi edukasi kepada karyawan tentang pencegahan penularan covid-19. Timbulkan rasa tanggung jawab dan empati terhadap krisis yang terjadi. Manajemen juga harus jujur terbuka kepada karyawan tentang langkah-langkah penyelamatan bisnis di tengah covid sehingga karyawan paham dengan kebijakan perusahaan.
       Utamakan keselamatan karyawan sehingga bila perlu dan bisa buat kebijakan work from home (WFH), meeting bisa dilakukan dengan online. Jangan lupa buat petunjuk teknis secara rinci, merubah SOP agar produksi atau usaha tetap jalan di tengah pandemi corona.
“Manajemen krisis ini harus dilaksanakan, pencegahan lebih murah daripada pengobatan. Karena itu kalau ada upaya yang dilakukan bank atau instansi lain dengan menerapkan protokol covid harus didukung,” ujarnya.
      “Dalam kondisi krisis, hutang boleh bahkan jika ada aset bisa digadaiakan atau dijual,” pungkasnya. Dengan antisipasi yang dilakukan perusahaan ataupun jenis usaha lain, maka diharapkan tidak ada PHK dan ekonomi masih terus berjalan. Dengan demikian bisa mengurangi kerawanan akibat dari kemiskinan atau krisis yang berkepanjangan. (TEGUH EKAJA)


Posting Komentar

0 Komentar