PARTISIPASI MASYARAKAT GARDA TERDEPAN HADAPI CORONA




      Dua pimpinan ormas keagamaan terbesar di Lumajang bersama unsur pimpinan DPRD Lumajang menghadiri talkshow di acara Panorama Pagi Radio Semeru FM, Jumat (17/4) pagi. Mereka yang hadir adalah Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama KH Muhammad Mas'ud, Ketua Pengurua Daerah Muhammadiyah Ustadz Suharyo Andi Pranoto, Ketua DPRD Kabupaten Lumajang Anang Akhmad Syaifuddin, dan Wakil Ketua DPRD Lumajang Bukasan.
      Talkshow interaktif yang mengusung topik "Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Hadapi Corona" ini mendapat banyak respons dari pendengar melalui gelombang 90,7 Mhz maupun komentar melalui akun facebook Radio Semeru FM Lumajang, karena acara tersebut juga disiarkan langsung di fb.
Ketua PD Muhammadiyah Ustadz Suharyo AP mengawali perbincangan dengan mengulas kegiatan PD Muhammadiyah dalam penanggulangan covid-19 di wilayah Lumajang. “Covid-19 ini merupakan persoalan global. Seluruh energi manusia tersita oleh kasus ini. PD Muhammadiyah Lumajang sendiri telah melangkah dengan meningkatkan pemahaman mindset terhadap corona, dengan melakukan diskusi dan sosialsasi kepada masyarakat,” ujarnya. 

Ustadz Suharyo Andi Pranoto
      “Ini bukan kiamat. Masih ada harapan besar ke depan asal berhati-hati menentukan sikap yang benar. Setelah puncak kulminasi wabah, maka pelahan akan turun dan selesai.Kita berdoa kepada Allah dan berharap agar saat Ramadhan masalah ini sudah selesai,” harapnya.
      Ustadz Suharyo mengungkapkan jika secara fisik PD Muhammadiyah juga telah berupaya mengurangai sisi dampak ekonomi di antaranya dengan memberi santunan sembako, penyemprotan desinfektan, pembuatan alat pelindung diri (APD), masker dan hand sanitizer yang diserahkan ke Pemda untuk didistribusikan kepada yang membutuhkan.
      Soal pencegahan penyebaran corona ini, menurut ustadz Suharyo memang butuh pemahaman, karena yang terpapar corona bukan suatu aib yang harus disembunyikan dan masyarakat juga harus paham dengan tidak mengucilkan mereka. "Jika ada yang terpapar harus jujur dan bersedia dirawat dengan baik agar tidak menyebar kemana-mana," katanya.
      “Virus ini sudah mewabah. Awalnya Lumajang dinyatakan steril, tapi sekarang sudah 8 yang positif. Belum yang ODP dan PDP. Ini harus ditanggulangi bersama dengan cara pola hidup sehat, disiplin patuhi aturan, jika diminta kurangi keluar rumah ya patuhi,” tukas ustadz Suharyo sambil berseloroh jika dirinya terpaksa keluar rumah karena diundang Semeru FM untuk bersosialisasi dan pencerahan atas corona tersebut.
      Lebih lanjut ustadz Suharyo mengatakan jika corona telah menggugah sisi spiritual manusia agar mendekatkan diri kepada Allah. Dengan masalah ini kita jadi sering menyebut nama Allah yang Maha Besar. Kita menjadi tersentak kesadaranya bahwa hanya Allah yang bisa menyembuhkan dengan ikhtiar yang kita lakukan.
      Ketika ditanya pendengar radio soal himbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lumajang untuk tidak sholat jumat dan sholat jamaah di musholla dan masjid, ustadz Suharyo menegaskan bahwa tausiah MUI itu masih berlaku dan belum ada alasan kuat untuk menarik kembali, apalagi jumlah yang positif corona bertambah. Sesuai dengan fatwa MUI pusat juga bahwa dalam kondisi saat ini sholat jumat bisa diganti dengan sholat zuhur, dan sholat berjamaah di mushollah atau masjid bisa diganti dengan sholat di rumah karena uzur syar’i khawatir terjadi sakit.
      “Dalam suasana normal beragama itu harus maksimal. Kabehno sak kuate. Tapi di situasi tidak normal ada virus seperti ini, ya harus disesuaikan. Boleh kita mengganti ibadah Jumat dengan sholat zuhur. Semua ulama besar sepakat membolehkan. Termasuk untuk paramedis yang dalam kondisi memakai APD seperti pakaian astronot dibolehkan tidak puasa. Kita ulama yang sekelas ini ya manut saja, ikuti pimpinan kita di atas yang terdiri dari ulama- ulama besar yang lebih paham,” ujarnya.
      “Insya Allah gak lama kalau kita manut, gak sampai setahun, amiin,”ujarnya sambil mengingatkan agar semua tetap bergembira dan tidak panik.
      Disebutkan pula bahwa dari pusat baik Kementerian Agama, PB NU, PP Muhamamdiyah dan 14 ormas besar lainnya telah mengatur Ramadhan, mulai soal buka puasa, tarawih, I’tikaf, tadarus bahkan sholat Ied agar dilakukan di rumah. “Ini utuk menyelamatkan kita semua, tidak bermaksud mengganti nilai-nilai agama. Seluruh ormas besar sepakat ini diberlalakukan ke semua dan tidak melihat zona,” lanjut ustadz Suharyo. Menurutnya semua itu harus diatur sejak dini agar penyebaran virus corona terputus dan masyarakat punya kesiapan mental menghadapi Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri dengan situasi seperti saat ini.
      Ustadz Suharyo mencontohkan negara Italia yang memiliki pelayanan kesehatan terbaik ternyata korbannya begitu banyak karena semula longgar dalam mengatur rakyatnya menghadapi corona ini. Perdana Menterinya menangis karena ribuan rakyatnya meninggal dan merasa pelayanan kesehatannya rapuh tidak bisa mengatasi masalah ini. “Semoga ini tidak terjadi di Indonesia," ujarnya.
      "Siapa sih yang tidak takut kepada Allah. Tetapi ketentuan sesuai medis ya kita taati. Percuma mengaku hanya takut kepada Allah tetapi malah melanggar ketentuan yang diatur Allah,” tegas ustad Suharyo menanggapi komentar salah satu pendengar radio yang mengaku hanya takut kepada Allah dan tidak peduli dengan larangan pemerintah.
KH. Muhammad Mas’ud

       Hal senada ditegaskan oleh Ketua PCNU Lumajang KH. Muhammad Mas’ud yang menyatakan bahwa jika orang itu benar benar takut pada Tuhan maka orang ini pasti patuh terhadap dawuh atau firman Tuhan. Allah sendiri menurut KH. Mas’ud telah tegas dalam berfirman (membacakan ayat Alquran) yang artinya kita diperintah taat kepada Allah, taat kepada Rasul.
      “Jika takut kepada Tuhan dan taat pada Rasul, seyogyanya kita patuh apa yang diperintahkan Tuhan itu termasuk yang menjadi kebijakan Ulil Amri. Ulil Amri ini adalah orang atau kelompok yang berkompeten yang punya otoritas pada bidangnya. Bicara soal kesehatan, maka patuh dengan yang punya otorits soal kesehatan ya dokter ahli kesehatan, temasuk apa yang disampaikan pemerintah,” tegasnya. Lebih lanjut KH. Mas’ud mengungkapkan jika salah ketika mengikuti orang yang ahli lebih baik daripada benar tetapi mengikuti orang yang salah.
      Soal tenaga medis yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa, dalam syariat Islam itu ada dispensasi untuk meninggalkan puasa baik itu sakit atau uzur syar’i lain. “Kalau ada urgensitas tinggi, jika puasanya bisa mengakibatkan kemudhorotan atau hal yang tidak baik, maka bisa tidak puasa,” pungkasnya.
      Terkait penanganan darurat corona ini, PCNU Lumajang bersama organisasi di bawah NU lainnya juga telah berperan aktif dalam memberikan sosialisasi dan bantuan lain yang diperlukan. Diharapkan msyarakat Lumajang mendukungnya dengan cara mentaati apa yang menjadi keputusan para alim ulama, Ulil Amri dan yang punya otoritas di pemerintahan.


Gugah Partisipasi Masyarakat
      Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPRD Kabupaten Lumajang, Anang Akhmad Syaifuddin, menyoroti adanya pergeseran nilai yang cukup serius di tatanan kehidupan masyarakat. Anang menyatakan dalam kondisi darurat corona seperti ini ia ingin membangkitkan kembali slogan yang pernah akrab dikehidupan masyarakat, yakni gotong royong, tepo sliro dan holopis kuntul baris (caption bijak yang didengungkan Bung Karno yang menggambarkan kebersamaan, gotong royong membantu sesama).
      Slogan ini menurut Anang telah lama menjadi karakter bangsa Indonesia. Namun dalam perkembangannya saat ini, ada proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem mata pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Yang disampaikan Anang tersebut sesuai dengan yang disampaikan Bupati Lumajang Cak Thoriq saat memberikan pemaparan pada acara Musrenbang-RKPD 2021 di pendopo Arya Wiraraja Kabupaten Lumajang(14/04) yang menyebutkan bahwa sektor industri telah berkembang pesat bahkan mencapai 30 persen lebih dari irisan skema mata pencaharian di Lumajang.
     
Anang Akhmad Syaifuddin
“Hari ini kita melihat di Lumajang terus berkembang post- industrialisme yang membawa hedonisme materialistis,” ujar Anang menggambarkan pergeseran nilai budaya di masyarakat yang semula menjunjung tinggi budaya gotong-royong membantu sesama, namun sekarang berubah semua dinilai dengan materi. “Kita saat ini benar-benar diuji untuk mengembalikan nilai budaya yang luhur itu,” ungkap Anang.
      Program ‘ngeramut tonggo’ yang di gencarkan Bupati Lumajang Cak Thoriq, menurut Anang, sudah sangat tepat diterapkan dalam situasi saat ini. Program ini adalah salah satu upaya membangkitkan kembali budaya gotong royong. Dalam menghadapi situasi darurat corona ini, masyarakat harus bersatu padu bahu membahu dengan semangat holopis kuntul baris untuk memutus mata rantai penyebaran corona.
      Partisipasi publik dalam kondisi saat ini sangatlah diperlukan, karena tangan pemerintah menurut Anang tidak akan sampai ke seluruh masyarakat. Anggaran Rp 30 miliar yang digelontorkan Pemerintah Kabupaten Lumajang tidak akan cukup, dan itu akan digunakan tentatif sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
      Anang mengaku memahami situasi yang dihadapi masyarakat yang dilematis. Pada satu sisi mentaati aturan tidak keluar rumah karena takut wabah corona, tapi di sisi lain dituntut untuk mencari makan. Karena itulah menurut Anang pemerintah terus berupaya memenuhi kebutuhan pokok bagi yang terdampak corona tersebut. Diharapkan masyarakat lain yang mampu dan berlebih bisa membantu tetangganya sesuai dengan budaya teposliro dan semangat program ngeramut tonggo tersebut.
      “Jika kemarin bersaing antar tetangga secara hedonistik (kenikmatan materi sebagai kesenangan dan tujuan utama hidup), hari ini kita lupakan. Kalau ada tetangga yang membutuhkan kebetulan kita berlebihan, ya kita bantu,” himbaunya.
      “DPRD dan Pemerintah, PD Muhammadiyah, PC NU sebagai middle class menjadi bagian untuk mensuport solidaritas organik,” terang Anang terkait peran dari organisasi keagamaan dan peran eksekutif dan legislastif yang saling mendukung dalam menata strategi menghadapi corona ini. Sementara itu secara personal anggota dewan dan aktiviss organisasi juga telah berperan aktif seperti membagi masker, nasi bungkus dan desinfektan.
Bukasan
       Peran aktif middle class ini juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Lumajang Bukasan. Ia mengungkapkan jika partainya (PDI Perjuangan) tiap hari selalu melakukan cross check atas ketersediaan logistik APD, bed, hand sanitizer, obat-obatan seperti paracetamol dll. Ini sebagai upaya antisipasi agar tidak terjadi kelangkaan yang menghambat pemulihan dan pengobatan pasien corona.
      Meski ada prediksi wabah corona ini akan berakhir pada 2 bulan mendatang, namun ada kekhawatiran jika masyarakat tidak patuh maka wabah ini akan sulit tertangani. “Hal sepele seperti penggunan masker saja dilanggar. Saya melihat banyak warga yang enggan memakai masker padahal mereka sudah menerima bantuan masker,” ujarnya khawatir.
      Satu satunya jalan menurut Bukasan adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang perlunya mematuhi aturan agar menghadapi wabah corona ini dengan serius. “Tidak menakut-nakuti tapi ini fakta yang harus disikapi dengan bijak,” ujarnya.
      Kekhawatiran lain yang disampaikan Bukasan yakni jika masyarakat membandel dengan tidak mentaati aturan dan menyepelekan wabah ini, maka wabah ini semakin menjadi sementara tenaga medis dan perangkatnya kurang.
      “Kita hanya punya dua orang dokter paru-paru, rumah sakit rujukan covid-19 cuma ada dua yakni Rumah Sakit Djatiroto dan RSUD dokter Haryoto. Bed yang disediakan cuma 36 buah. Jika warga yabf diswab terus membludak dan banyak yang positif apa yang terjadi?,” ujarnya.
      Patuh dengan aturan dengan segala konsekuensi baik yang ditanggung masyarakat maupun pemerintah menurut Bukasan adalah salah satu cara memutus mata rantai penyebaran corona ini. “Seperti pak ketua dewan bilang, ndak opo-opo melarat asal jangan mati,” ujarnya.
      Bukasan mengingatkan bahwa hampir seluruh kota dan kabupaten di Jawa Timur sudah masuk zona merah. Sementara APD dan tenaga medis kurang. “Tenaga medis kita juga punya keterbatasan fisik dan mental, sama takutnya dan kewalahan dalam melayani pasien. Tidak sedikit tenaga medis yang meninggal,” ungkapnya.
      Pemerintah Kabupaten Lumajang hingga kini masih mampu menyediakan anggaran 30 miliar. Ini belum cukup, apalagi jika digunakan untuk ketahanan pangan selama darurat corona. Menurut Bukasan sekitar 14 miliar anggaran hanya untuk 4 Organisasi Pemerintah Daerah(OPD) yakni untuk 2 rumah sakit, untuk DInkes dan BPBD.
      Bukasan berharap Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) dari 199 desa di Lumajang bisa dikucurkan bersama agar bisa membantu memperingan anggaran penanganan covid- 19. Bansos beras 250 miliar diharapkab bisa memenuhi kebutuhan sampai hari raya. Ada kekhawatiran tidak tercukupinya kebutuhan jika yang terdampak semakin banyak.
      “Di program keluarga harapan(PKH) ada 64 ribu KK yang belum terpenuhi, belum lagi data yang baru yang terdampak covid-19,” ujar Bukasan. Ini saatnya partisipasi semua kalangan diperlukan. Partai dan politisi pun menurut Bukasan sudah tidak berorentasi kepada dukung mendukung, tetapi lebih pada orentasi kemanusiaan.


      Menutup dialog di program Panorama Pagi Semeru FM, Ketua DPRD Kabupaten Lumajang Anang Akhmad Syaifuddin, S.Ag mewakili seluruh narasumber mengatakan,”Unsur medis sudah kita libatkan, hari ini lebih pada kerja praktis. Semua stakeholders bergerak mencegah covid-19. Harapan kita covid berlalu cepat dan Ramadlan kita sudah terbebas dari covid, meski analisis rasional menyebut antara Juni hingga September berakhir. Mari mentaati apa yang sudah diisntruksikan , jaga wilayah masing-masing, waspadai ledakan sosial waktu hari raya. Jika ada warga yang datang sampaikan ke gugus tugas, baik gugus tugas yang dibentuk Pemkab maupun gugus tugas dari ormas keagamaan,” pungkasnya.(TEGUH EKAJA)

Posting Komentar

0 Komentar