Lumajang, Suara Semeru - Manager Keuangan dan Umum PT SGN PG Djatiroto Lumajang, Apit Eko Prihantono, S.E., M.M., mengungkapkan masih ada sekitar 2.500 ton gula petani yang belum terserap pasar.
Hingga saat
ini, sebanyak 7.500 ton gula telah terjual, terdiri atas 6.000 ton melalui
Danantara, 500 ton oleh pedagang, serta tambahan 1.000 ton di periode terakhir.
“Sisa
sekitar 2.500 ton gula akan segera kami lelang. Alhamdulillah dengan support
pemerintah melalui Bulog, petani-petani sudah mulai bisa menggarap lahannya
untuk masa tanam yang akan datang,” kata Apit saat ditemui wartawan, Rabu 10
September 2025.
Apit
menambahkan, harga gula petani tetap mengacu pada ketetapan pemerintah, yakni
Rp14.500 per kilogram. Selain pemasaran, PG Djatiroto juga masih mengejar
target giling tebu tahun 2025.
Dari total
target 1,1 juta ton, hingga saat ini baru sekitar 800 ribu ton yang sudah
tergiling. Masih tersisa sekitar 200 ribu ton yang ditargetkan bisa terpenuhi
pada minggu ketiga Oktober mendatang.
“Insya Allah
sampai akhir Oktober target tersebut bisa tercapai, sehingga pabrik gula tetap
bisa beroperasi optimal,” ujarnya.
Ia juga
menambahkan mekanisme ini bertujuan menjaga keberlanjutan produksi sekaligus
memberikan ruang bagi petani agar dapat kembali menggarap lahannya pada musim
tanam berikutnya.
Skema dana
tara sendiri merupakan cadangan gula yang disediakan untuk stabilisasi harga dan
pasokan di tingkat nasional, kehadiran mekanisme ini sekaligus menjadi jaminan
bahwa hasil tebu petani tetap memiliki pasar yang jelas.
“Dana tara yang
tidak terserap pemerintah akan kita lelang, dengan begitu, perputaran modal
tetap berjalan, dan petani bisa menyiapkan lahan untuk panen mendatang,”
pungkasnya. (har)
0 Komentar