Untuk memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada masyarakat, Puskesmas Kecamatan Tempeh terus melakukan berbagai terobosan inovasi, salah satunya dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer. Seperti disampaikan Kepala Puskesmas Kecamatan Tempeh, dr. Ima Rifiyanti, terobosan yang dilakukan ini merupakan satu-satunya yang ada di Kabupaten Lumajang. “Inovasi pelayanan kesehatan tradisional komplementer ini sudah kita jalankan mulai awal bulan September 2020. Program ini melengkapi yang sudah ada, bukan menggantikan upaya pengobatan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran atau keperawatan,” ungkapnya, ketika menjadi narasumber di program Kedai Dangdut Radio Semeru FM pada Senin (21/9) pagi. Hadir pula dalam dialog yang dipandu penyiar cantik Jingga pagi itu, Tenaga Kesehatan Tradisional Puskesmas Tempeh Nyimas Azizatun Nisa, AMD. BATTRA. Tema yang diusung adalah "Pelayanan Kesehatan Tradisional di Puskesmas Tempeh". TURUN TEMURUN
Dokter Ima Rifiyanti memaparkan, program inovasi ini diadakan untuk mengenalkan dan mengembangkan kebiasan masyarakat yang sudah ada sejak dahulu. Apalagi program yang ia jalankan juga sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Ia melanjutkan, pelayanan kesehatan tradisional komplementer ini merupakan penerapan kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural, serta manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah. “Tidak hanya menggunakan pengobatan konvensional atau modern saja, masyarakat juga sudah mengenal pengobatan tradisional sejak lama secara turun temurun. Dan mau tidak mau, diakui atau tidak, itu sudah mereka kembangkan sendiri selama ini,” imbuhnya.
Ia menambahkan, selain pengembangan kesehatan dengan pola mandiri, melalui pengobatan jamu atau ramuan tradisional, pihaknya juga sudah mempersiapkan kegiatan lain, yakni pengobatan akupuntur, akupresur, pijat bayi, bekam kering dan konsultasi herbal. “Nah, dari situ kita ingin mengeksplorasi lagi agar pengobatan tradisional yang sudah kita miliki sejak lama itu, bisa terus dimanfaatkan dengan baik, termasuk di Puskesmas Tempeh. Kita siap memberikan pelayanan konseling atau anjuran kepada pasien terhadap penyakit yang diderita dengan memberikan saran untuk mengkonsumsi ramuan herbal sesuai takaran,” ujar dokter berparas ayu yang meraih banyak penghargaan bergengsi itu. Hal senada juga disampaikan Tenaga Kesehatan Tradisional Puskesmas Kecamatan Tempeh Nyimas Azizatun Nisa, AMD. BATTRA. Ia menyampaikan, jamu dan kesehatan tradisional lainnya rata-rata digunakan sebagai pelengkap dari pengobatan modern. Namun tidak menutup kemungkinan, suatu saat pengobatan tradisional lebih dipilih pasien ketimbang pengobatan yang konvensional. “Semisal ada orang dengan penyakit sudah stadium akhir, dia bisanya sudah tidak mau lagi pengobatan konvensional dan berpindah ke pengobatan tradisional. Ini yang akan kita sandingkan,” jelasnya. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini yang menyebabkan orang khawatir untuk datang ke fasilitas kesehatan, pengobatan tradisional secara mandiri ini bisa menjadi solusi yang tepat. Namun jika dengan pengobatan tradisional tidak berhasil, baru seseorang itu dianjurkan mendatangi fasilitas kesehatan terdekat. “Intinya kami ingin kesehatan tradisional ini bisa bersanding dengan pengobatan konvensional atau modern,” pungkasnya. Di saat cuaca yang tidak menentu, kesehatan merupakan nikmat yang perlu disyukuri. Oleh karena itu, penting sekali untuk menjaga kesehatan. Banyak cara untuk menjaga kesehatan sehari-hari, salah satunya dengan mengonsumsi rempah-rempah yang mempunyai khasiat untuk menjaga fungsi tubuh dan tentunya terbukti secara medis. Namun masyarakat perlu memahami proses menjemur atau mengeringkan tanaman herbal tersebut tidak boleh sembarangan. Bagi kebanyakan orang yang ingin belajar cara mengeringkan herbal, pengeringan matahari adalah pendekatan yang paling jelas. Pada iklim hangat, pengeringan matahari sangat populer tetapi penting untuk tidak mengekspos herbal dalam waktu lama dari sinar matahari langsung. Hal ini dijelaskan Nyimas Azizatun Nisa, AMD. BATTRA. Jka proses penjemuran terlalu berlebihan, maka dapat menyebabkan herbal kehilangan banyak bahan aktif. “Proses pengeringan yang paling baik jika menggunakan matahari dilakukan maksimal pukul 9 pagi, jangan sampai lebih. Karena akan merusak manfaat dari bahan herbal yang dijemur tersebut,” jelasnya. Ia menambahkan, masyarakat sebaiknya membiarkan herbal yang dikeringkan di bawah kaca atau di tempat pengeringan yang dilapisi kaca. Karena akan menjadi cara pengeringan herbal yang lebih cepat daripada menggantungnya di dalam. “Lebih bagus taruh saja di dalam botol kaca, biarkan sampai mengering baru bisa digunakan untuk pengobatan, namun harus dengan takaran yang benar,” pungkasnya. RANGKUL PENGOBATAN ALTERNATIF Untuk memaksimalkan peran pengobatan alternatif di wilayah Kecamatan Tempeh, dr. Ima Rifiyanti., akan merangkul semua pengobatan alternatif yang ada di wilayahnya. Untuk itu pihaknya mengajak seluruh herbalis ikut serta membahas secara bersama-sama dengan pihak Puskesmas soal pola pengobatan yang tepat serta memanfaatkan jenis tanaman yang digunakan sebagai ramuan obat tradisional untuk mengobati pasiennya. “Kami mengajak kepada pemilik pengobatan akupuntur, akupresur, pijat bayi dan bekam atau sepa dan jasa kesehatan lainnya yang ada di wilayah Kecamatan Tempeh untuk bergabung dengan kami, agar bisa kita data kemudian kami daftarkan izin mereka, sehingga statusnya jelas. Ketika izinnya sudah jelas, pelayanan yang diberikan kepada masyarakat Tempeh bisa lebih maksimal lagi,” ungkapnya. Ia menjelaskan, pemilik pengobatan alternatif harus memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Tradisional (STRTKT) sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan tradisional komplementer. Selanjutnya para pemilik pengobatan alternatif ini akan mendapatkan Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan Tradisional (SIPTKT) yang selanjutnya sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga kesehatan tradisional dalam pemberian pelayanan kesehatan tradisional komplementer. Selain itu para pemilik pengobatan alternatif diharapkan semakin memiliki banyak pengetahuan. Ia mengatakan sejumlah pengobatan alternatif nantinya bisa diarahkan ke tingkatan memproduksi obat tradisional ke arah lebih modern, sehingga obat tersebut bisa diterima di pasar umum. “Mungkin ada potensi-potensi yang belum digali oleh kita, seperti jenis tanaman apa yang berkhasiat yang bisa dijadikan obat. Kandungan tanaman itu, nantinya akan diteliti lebih lanjut secara bersama-sama agar bisa bermanfaat untuk semuanya,” jelentrehnya. Pada bagian akhir dialog, baik itu dr. Ima Rifiyanti maupun Nyimas Azizatun Nisa, AMD. BATTRA., sama-sama mengajak masyarakat untuk memanfaatkan tanaman yang kaya manfaat, salah satunya kelor. Sebagian masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan daun kelor. Tanaman ini dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit. Ada banyak manfaat daun kelor untuk kesehatan tubuh yang tidak kalah menakjubkan. Berbagai manfaat daun kelor tidak lepas dari kandungan nutrisi yang dibawanya, seperti zat besi, senyawa antioksidan, protein, magnesium, dan lainnya. “Daun kelor memiliki kandungan antioksidan yang tinggi serta memiliki manfaat sebagai antimikroba. Tanaman yang berbunga sepanjang tahun ini memiliki kandungan kalsium, zat besi, protein, vitamin A, vitamin B dan vitamin C,” jelas dokter Ima. Salah satu manfaat daun kelor untuk kesehatan yang jarang diketahui adalah kemampuannya dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, kesehatan imun perlu dijaga untuk menghindari berbagai ancaman penyakit. Ada senyawa antioksidan yang berfungsi sebagai penangkal radikal bebas, bisa mencegah terjadinya stres oksidatif yang dapat memicu berbagai penyakit serius, misalnya diabetes dan gangguan jantung. Selain itu, adanya kuersetin senyawa antioksidan turunan pada daun kelor, dapat membantu tubuh dalam meningkatkan kekebalan dan menurunkan tekanan darah tinggi. Kandungan beta-karoten juga membuat beberapa organ dalam bekerja secara optimal. (YONI)
Untuk memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada masyarakat, Puskesmas Kecamatan Tempeh terus melakukan berbagai terobosan inovasi, salah satunya dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer. Seperti disampaikan Kepala Puskesmas Kecamatan Tempeh, dr. Ima Rifiyanti, terobosan yang dilakukan ini merupakan satu-satunya yang ada di Kabupaten Lumajang.
“Inovasi pelayanan kesehatan tradisional komplementer ini sudah kita jalankan mulai awal bulan September 2020. Program ini melengkapi yang sudah ada, bukan menggantikan upaya pengobatan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran atau keperawatan,” ungkapnya, ketika menjadi narasumber di program Kedai Dangdut Radio Semeru FM pada Senin (21/9) pagi. Hadir pula dalam dialog yang dipandu penyiar cantik Jingga pagi itu, Tenaga Kesehatan Tradisional Puskesmas Tempeh Nyimas Azizatun Nisa, AMD. BATTRA. Tema yang diusung adalah "Pelayanan Kesehatan Tradisional di Puskesmas Tempeh".
TURUN TEMURUN
Dokter Ima Rifiyanti memaparkan, program inovasi ini diadakan untuk mengenalkan dan mengembangkan kebiasan masyarakat yang sudah ada sejak dahulu. Apalagi program yang ia jalankan juga sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Ia melanjutkan, pelayanan kesehatan tradisional komplementer ini merupakan penerapan kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural, serta manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah. “Tidak hanya menggunakan pengobatan konvensional atau modern saja, masyarakat juga sudah mengenal pengobatan tradisional sejak lama secara turun temurun. Dan mau tidak mau, diakui atau tidak, itu sudah mereka kembangkan sendiri selama ini,” imbuhnya.
Ia menambahkan, selain pengembangan kesehatan dengan pola mandiri, melalui pengobatan jamu atau ramuan tradisional, pihaknya juga sudah mempersiapkan kegiatan lain, yakni pengobatan akupuntur, akupresur, pijat bayi, bekam kering dan konsultasi herbal. “Nah, dari situ kita ingin mengeksplorasi lagi agar pengobatan tradisional yang sudah kita miliki sejak lama itu, bisa terus dimanfaatkan dengan baik, termasuk di Puskesmas Tempeh. Kita siap memberikan pelayanan konseling atau anjuran kepada pasien terhadap penyakit yang diderita dengan memberikan saran untuk mengkonsumsi ramuan herbal sesuai takaran,” ujar dokter berparas ayu yang meraih banyak penghargaan bergengsi itu.
Hal senada juga disampaikan Tenaga Kesehatan Tradisional Puskesmas Kecamatan Tempeh Nyimas Azizatun Nisa, AMD. BATTRA. Ia menyampaikan, jamu dan kesehatan tradisional lainnya rata-rata digunakan sebagai pelengkap dari pengobatan modern. Namun tidak menutup kemungkinan, suatu saat pengobatan tradisional lebih dipilih pasien ketimbang pengobatan yang konvensional. “Semisal ada orang dengan penyakit sudah stadium akhir, dia bisanya sudah tidak mau lagi pengobatan konvensional dan berpindah ke pengobatan tradisional. Ini yang akan kita sandingkan,” jelasnya.
Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini yang menyebabkan orang khawatir untuk datang ke fasilitas kesehatan, pengobatan tradisional secara mandiri ini bisa menjadi solusi yang tepat. Namun jika dengan pengobatan tradisional tidak berhasil, baru seseorang itu dianjurkan mendatangi fasilitas kesehatan terdekat. “Intinya kami ingin kesehatan tradisional ini bisa bersanding dengan pengobatan konvensional atau modern,” pungkasnya.
Di saat cuaca yang tidak menentu, kesehatan merupakan nikmat yang perlu disyukuri. Oleh karena itu, penting sekali untuk menjaga kesehatan. Banyak cara untuk menjaga kesehatan sehari-hari, salah satunya dengan mengonsumsi rempah-rempah yang mempunyai khasiat untuk menjaga fungsi tubuh dan tentunya terbukti secara medis.
Namun masyarakat perlu memahami proses menjemur atau mengeringkan tanaman herbal tersebut tidak boleh sembarangan. Bagi kebanyakan orang yang ingin belajar cara mengeringkan herbal, pengeringan matahari adalah pendekatan yang paling jelas. Pada iklim hangat, pengeringan matahari sangat populer tetapi penting untuk tidak mengekspos herbal dalam waktu lama dari sinar matahari langsung.
Hal ini dijelaskan Nyimas Azizatun Nisa, AMD. BATTRA. Jka proses penjemuran terlalu berlebihan, maka dapat menyebabkan herbal kehilangan banyak bahan aktif. “Proses pengeringan yang paling baik jika menggunakan matahari dilakukan maksimal pukul 9 pagi, jangan sampai lebih. Karena akan merusak manfaat dari bahan herbal yang dijemur tersebut,” jelasnya.
Ia menambahkan, masyarakat sebaiknya membiarkan herbal yang dikeringkan di bawah kaca atau di tempat pengeringan yang dilapisi kaca. Karena akan menjadi cara pengeringan herbal yang lebih cepat daripada menggantungnya di dalam. “Lebih bagus taruh saja di dalam botol kaca, biarkan sampai mengering baru bisa digunakan untuk pengobatan, namun harus dengan takaran yang benar,” pungkasnya.
RANGKUL PENGOBATAN ALTERNATIF
Untuk memaksimalkan peran pengobatan alternatif di wilayah Kecamatan Tempeh, dr. Ima Rifiyanti., akan merangkul semua pengobatan alternatif yang ada di wilayahnya. Untuk itu pihaknya mengajak seluruh herbalis ikut serta membahas secara bersama-sama dengan pihak Puskesmas soal pola pengobatan yang tepat serta memanfaatkan jenis tanaman yang digunakan sebagai ramuan obat tradisional untuk mengobati pasiennya.
“Kami mengajak kepada pemilik pengobatan akupuntur, akupresur, pijat bayi dan bekam atau sepa dan jasa kesehatan lainnya yang ada di wilayah Kecamatan Tempeh untuk bergabung dengan kami, agar bisa kita data kemudian kami daftarkan izin mereka, sehingga statusnya jelas. Ketika izinnya sudah jelas, pelayanan yang diberikan kepada masyarakat Tempeh bisa lebih maksimal lagi,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, pemilik pengobatan alternatif harus memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Tradisional (STRTKT) sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan tradisional komplementer. Selanjutnya para pemilik pengobatan alternatif ini akan mendapatkan Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan Tradisional (SIPTKT) yang selanjutnya sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga kesehatan tradisional dalam pemberian pelayanan kesehatan tradisional komplementer.
Selain itu para pemilik pengobatan alternatif diharapkan semakin memiliki banyak pengetahuan. Ia mengatakan sejumlah pengobatan alternatif nantinya bisa diarahkan ke tingkatan memproduksi obat tradisional ke arah lebih modern, sehingga obat tersebut bisa diterima di pasar umum. “Mungkin ada potensi-potensi yang belum digali oleh kita, seperti jenis tanaman apa yang berkhasiat yang bisa dijadikan obat. Kandungan tanaman itu, nantinya akan diteliti lebih lanjut secara bersama-sama agar bisa bermanfaat untuk semuanya,” jelentrehnya.
Pada bagian akhir dialog, baik itu dr. Ima Rifiyanti maupun Nyimas Azizatun Nisa, AMD. BATTRA., sama-sama mengajak masyarakat untuk memanfaatkan tanaman yang kaya manfaat, salah satunya kelor. Sebagian masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan daun kelor. Tanaman ini dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit. Ada banyak manfaat daun kelor untuk kesehatan tubuh yang tidak kalah menakjubkan.
Berbagai manfaat daun kelor tidak lepas dari kandungan nutrisi yang dibawanya, seperti zat besi, senyawa antioksidan, protein, magnesium, dan lainnya. “Daun kelor memiliki kandungan antioksidan yang tinggi serta memiliki manfaat sebagai antimikroba. Tanaman yang berbunga sepanjang tahun ini memiliki kandungan kalsium, zat besi, protein, vitamin A, vitamin B dan vitamin C,” jelas dokter Ima.
Salah satu manfaat daun kelor untuk kesehatan yang jarang diketahui adalah kemampuannya dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, kesehatan imun perlu dijaga untuk menghindari berbagai ancaman penyakit. Ada senyawa antioksidan yang berfungsi sebagai penangkal radikal bebas, bisa mencegah terjadinya stres oksidatif yang dapat memicu berbagai penyakit serius, misalnya diabetes dan gangguan jantung.
Selain itu, adanya kuersetin senyawa antioksidan turunan pada daun kelor, dapat membantu tubuh dalam meningkatkan kekebalan dan menurunkan tekanan darah tinggi. Kandungan beta-karoten juga membuat beberapa organ dalam bekerja secara optimal. (YONI)
0 Komentar