CLARYSA HASSAN: SAAT KULIAH NYAMBI JUALAN HP, KINI JADI PENGUSAHA MUDA PERUMAHAN YANG LAGI MONCER


      Berkulit kuning langsat, berparas ayu, bentuk tubuhnya ideal semampai, dan gaya berbicaranya penuh energi. Itulah Clarysa Hassan, sosok pengusaha muda Lumajang di bidang perumahan yang kini bisnisnya sedang moncer alias naik daun. Ia hadir menjadi bintang tamu pada acara Bincang Bincang Santuy (BBS) Radio Semeru FM, Minggu (19/7) malam lalu. Acara yang menghadirkan sosok profil dan komunitas inspiratif Lumajang ini dipandu oleh presenter ganteng Ferry Sinaro dan host cantik Nuris Hamzah.
      Clarysa Febylia Hassan, SE., itulah nama lengkapnya. Ibu muda pejuang kehidupan kelahiran Lumajang, Februari 1983, ini dibesarkan dari keluarga pengusaha dan politisi. Ibunya yang asli Kediri, pernah menjadi anggota DPRD dari Partai Golkar, bernama Vicenora Hesti. Sedangkan ayahnya yaitu Drs. Moch. Hasan berasal dari Madura, bergerak di bidang usaha jasa konstruksi.
      Clarysa yang gelar sarjana pendidikannya adalah akutansi, mengaku tidak melanjutkan S2 karena perhatian dan ekonominya harus terbagi dengan keluarga. Papanya yang seorang kontraktor semula berharap putrinya ini bekerja di bank sesuai dengan pendidikannya, namun Clarysa mengaku pernah mencoba melamar dan saat diterima justru mundur karena dia mengaku suka boring atau bosan jika bekerja di balik meja. Belum lagi ia ingin lebih fokus untuk merawat anaknya. “Saya ingin banyak waktu dengan anak-anak, karena itu kantor saya tidak jauh dari rumah,” ujarnya.

KULIAH SAMBIL BEKERJA
      Clarysa menempuh S1 di sebuah perguruan tinggi di Malang dalam tempo 3,5 tahun, dan waktu lulus ia berusia 21 tahun. Ia tergolong wanita yang hemat dan ulet sehingga waktu lulus S1 sekitar tahun 2004 ia mengaku sudah punya tabungan Rp 12 juta. Saat kuliah di Malang, ia juga bekerja sambilan jual HP dan casingnya, pakaian senam dari Bandung, kosmetik, lulur, makanan dan lain-lain apapaun yang penting bisa menghasilkan uang.
      Ia juga aktif dalam semua kegiatan termasuk turut mendampingi Wali Kota Malang waktu itu, dan setiap event mendapat salary rata-rata Rp. 300.000,- “Itu sudah membuat saya senang,” ujar Calrysa yang mengaku saat kuliah tidak merasa kekurangan karena mampu menghidupi kebutuhannya sendiri.
      Kerja sambilannya itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui orang tuanya, karena khawatir orang tuanya malu. Clarysa mengaku saat kuliah tidak mendapat fasilitas dari orang tuanya yang dianggapnya berada karena punya mobil dan sebagainya. “Saya sempat kesel sih, orang tua ada beberapa mobil tapi saya kuliah pakai motor cina,” ujarnya.
      Anak sulung dari dua bersaudara ini mengaku sempat berpikir bahwa orang tuanya pelit, namun ia kemudian merasa bahwa itu semua adalah tempaan. Ia bahkan mengaku pernah mengancam orang tuanya. Merasa nilai akademis kuliahnya bagus, jika tidak diberi mobil maka akan berhenti kuliah. Tapi jawaban orang tuanya justru santai, bahkan mempersilahkan jika Clarysa mau berhenti kuliah. Sejak saat itulah ia memutuskan untuk tidak pernah meminta kepada orang tuanya.
      Lulus kuliah terus pulang kampung ke Lumajang, kemudian membuka usaha kontraktor bermitra dengan pemerintah. Ini pun dilakukannya dengan tanpa restu orang tuanya. Meski papanya adalah kontraktor, namun Clarysa tidak diperkenankan untuk menjadi kontraktor karena dianggap tidak sesuai dengan pendidikannya. “Pernah saya dikatai, kalau cuma jadi kontraktor kamu tidak perlu jadi sarjana,” ujarnya menirukan komentar papanya.
      Clarysa mengaku suka dengan organisasi termasuk organisasi politik, bahkna ia pernah mendapat kepercayaan agar menjadi calon anggota Dewan di pusat (DPR RI), namun tidak mendapat restu dari mamanya yang nota benenya adalah seorang anggota Dewan. “Kalau papa merestui, tapi mama tidak rela anaknya jadi anggota Dewan juga,” ujarnya. Padahal waktu itu Clarysa mendapat jaminan suara minimal 50% dari partainya, yakni Golkar.

MENGIDOLAKAN BOB SADINO
      Clarysa yang kini sukses dalam usaha properti ini berkisah tentang jatuh bangunnya membangun usaha. Tanpa background usaha properti, bahkan tidak ada satu pun keluarga dari turunan orang tuanya terdahulu yang terjun di dunia properti, Clarysa harus banyak belajar dan banyak mengalami jatuh bangun sebelum sukses.
      Sebelum berbicara soal usaha propertinya, ia berkisah sejak kecil suka menata rumah-rumahan. Ketika orang tuanya memberikan mainan boneka berbie legkap dengan rumah dan perabotannya, ia jusru lebih suka menata rumah-rumahannya ketimbang boneka berbinya. Ia juga suka membuat rumah-rumahan dari karton seperti buat maket sederhana meski oleh mamanya diolok seperti buat rumah gembel. Kesukaan itulah yang mungkin sebagai tanda passion Clarysa di dunia properti.
      Ketika Ferry Sinaro menanyakan siapakah yang menginspirasi sehingga Clarysa punya semangat dalam membangun usaha, ia mengaku suka dengan pengusaha Bob Sadino dan para pengusaha yang humble dan bermanfaat. “Kalau hanya sukses, bahagia untuk dirinya, kaya untuk dirinya terus apa manfaatnya diciptakan di dunia. Bagaimana saat dihisab di akherat nanti,” ujarnya.
      Clarysa mengaku banyak belajar dengan sekitarnya, suka mengamati kehidupan, sehingga ia merasa beruntung dan bersyukur. Ia terkenang saat kakeknya mengajaknya berinteraksi dengan masyarakat. Teringat guru TK yang mengajarinya mengaji dan sholat, bahkan sering mengajak dirinya berkunjung ke beberapa pondok pesantren (Ponpes) yang menggambarkan kesederhanan hidup.
      Dari sini ia mengaku belajar banyak untuk berempati dan juga mesnyukuri nikmat yang diberikan. “Mungkin ini yang membuat saya sering diberi kemudahan dalam setiap usaha dan urusan, bukan karena pintarnya saya atau solehanya saya,” tuturnya.

JATUH BANGUN BISNIS PROPERTI
      Tahun 2012, setelah pulang kampung ke Lumajang, Clarysa memulai membangun sebuah mimpi dengan menggeluti usaha properti. Ia banyak mengikuti kursus-kursus tentang properti yang ternyata tidak ada satu pun yang bisa menjawab keingintahuannya tentang usaha properti tersebut.
Akhirnya suatu saat di tahun itu pula ia mencoba keberuntungan untuk menjadi developer di wilayah Probolinggo. Untung tak dapat diraih, ia justru tertipu dan akhirnya mengalami kebangkrutan hingga hidupnya minus.
      “Apa tidak kapok, baru memulai bisnis properti langsung kena tipu dan bangkrut?,” tanya Ferry Sinaro. Clarysa langsung menjawab tidak dan menurutnya kalau kapok jangan menjadi seorang entrepreneur.
      “Kita harus terus belajar memperbaiki diri, masa sih Allah tidak kasihan kepada kita yang berusaha,” ujar ibu dua anak yang seorang sungle parent itu .
      Di tengah keterpurukannya, Clarysa masih beruntung berada di tengah- tengah orang baik. Salah satunya pemilik AKAS yang sering memberi nasehat pada dirinya. “Namanya Pak Cuk, beliau adalah teman waktu di Kadin (Kamar Dagang dan Industri). Saya pernah jadi pengurus di situ, di KADIN Probolinggo. Nah beliau ini sering memberi semangat dan menawarkan bantuan,” kenangnya.
Almarhum Pak Cuk yang disebut Clarysa itu selalu memberi motivasi dan bahkan memberikan tauladan dengan cara hidupnya. Clarysa berkisah bahwa orang tersebut memiliki banyak anak angkat, dan selalu baik dalam memperlakukan karyawannya.
      Kekecewaan pribadi dan usaha membuat Clarysa harus banyak introspeksi dan berdialog dengan Tuhan. Pada akhirnya tahun 2013 bertepatan dengan ulang tahunnya, Clarysa memutuskan untuk ibadah umroh. Biaya umroh diambilnya dari hasil menjual motornya.
      “Kan mending dipakai modal awal saja motor itu,” potong Ferry Sinaro. Menanggapi hal ini, Clarysa mengatakan bahwa itu nannggung kalau dibuat modal. “Saya bertransaksi dengan Tuhan, nanggung kalau dibuat modal ya sekalian buat berangkat umroh,” kilahnya.
      Singkat cerita,selama rentang waktu tahun 2012 hingga 2015, Clarysa mengaku belajar luar dalam. Ia mengalami sebuah kehidupan yang nestapa, ia berada di titik nadir kehidupannya. “Saya pernah untuk makan harus menunggu sisa dari anak saya,” kenangnya. Clarysa tidak mau bercerita banyak agar tidak menyinggung siapa pun atas kehidupannya itu. Yang terpenting katanya adalah bersihkan hati dan jangan menyalahkan orang lain.

BERPEGANG PRINSIP: BEKERJA ADALAH IBADAH
      Akhirnya tahun 2015 ia balik lagi ke Lumajang dan mulai memberanikan diri bangkit dengan usaha properti. Dengan modal sedikit dan modal kepercayaan ia mendirikan sebuah Perseroan   Terbatas (PT) dengan memakai nama mamanya sebagai komisaris dan dirinya sebagai direkturnya.
      Ia memakai nama mamanya hanya karena persyaratan untuk mendirikan PT harus ada nama yang duduk di komisaris dan direkturnya. Ia tidak ingin melibatkan orang lain demi melindungi usahanya agar tidak lagi tertipu atau mengalami masalah. “Efektif kami bisa bekerja tahun 2016, karena tahun 2015 Lumajang masih ada masalah soal pasir,” ujarnya.
      Clarysa mengaku saat itu hanya memiliki 1 orang staf yang tugasnya hanya nunggu kantor. “Agar kelihatan itu kantor beneranlah,” selorohnya. Kantor itu pun ndompleng di kantor papanya. Meski tidak sewa Clarysa bertanggung jawab untuk membenahi kantor tersebut.
      Proyek awal yang dibangunnya adalah Clarysa Sukodono Land, Savana Cluster, dengan harga per unit rumah antara Rp 350 juta hingga Rp 1 M. Semua perizinan hingga memilih perangkat properti termasuk site plannya ditangani oleh Clarysa sendiri. Ia mengaku semua itu dilakukan sendiri demi menjaga kualitas.
      “Alhamdulillah hingga kini sudah ada 6 proyek dan insyaallah dalam waktu dekat akan mengerjakan proyek ketujuh,” ujarnya. Kini Clarysa memiliki 70 karyawan, 10 orang karyawan di kantor dan 60 lainnya petugas lapangan.
      “Bagi saya bekerja adalah ibadah dan saya sering juga ajak anak-anak saya ke tempat kerja,” ujar Clarysa yang mengaku ingin tetap dekat dengan keluarga meskipun harus disibukkan dengan pekerjaan.
      Selain itu ia juga tetap memberikan tempat atau ruang untuk pendidikan keagamaan, sehingga di setiap perumahan yang ia bangun pasti ada taman baca Al Qur’an dengan nama Khalifah Indonesia. “Dengan ini kami berharap anak-anak bisa menjadi khlaifah-khalifah yang bisa memimpin Indonesia,” tuturnya.

TERSENTUH KEINGINAN ANAK YANG KELAK MEWAKAFKAN HARTA MAMANYA
     Berbicara soal anak, Clarysa yang sudah ditempa dengan kemandirian dan keteguhan hati ternyata mengaku menjadi cengeng karena hatinya langsung tersentuh. Ada sebuah pembicaraan yang menyentuh hati antara anaknya dan mamanya Clarysa.
   Clarysa berkisah sempat menguping ketika mamanya, yakni nenek dari anak-anaknya ini menasehati cucunya yaitu anak-anak Clarysa, Regina P. Sayyidhina dan Pangeran Hasanal agar tidak bertengkar karena merekalah penerus dan pewaris harta Clarysa. Jawaban anak-anak Clarysa ini menyetuh hatinya karena sang anak menjawab dengan kalimat yang tidak disangka-sangka.
        “Aku sama adik berharap lebih sukses dari mama. Aku mau harta mama kami wakafkan semua, hingga menjadi kebaikan buat mama buat masuk surga,” tutur Clarysa menirukan apa yang disampaikan anak sulungnya Regina P. Sayyidhina.
      Mendengar penuturan anaknya itu Clarysa hatinya tersentuh dan dibenaknya ia ridho bekerja lembur mulai pagi hingga shubuh. Anak-anak Clarysa ini seolah mewarisi gen mandiri dan keteguhan hatinya.
      Clarysa juga menceritakan keinginan anak sulungya yang kuliah dengan tidak membebaninya, sehingga berencana mengambil beasiswa kuliah ke Jerman. Tentu ini dicegah oleh Clarysa karena terlalu jauh dengan keluarga. “Alhamdulillah anak saya sekarang dieterima di ITS melalui jalur undangan,” kisahnya.

KARYAWAN BANYAK ANAK YATIM
      Clarysa saat ini merasakan banyak perlindungan dan pemberian kemudahan dari Allah SWT. Karena itulah ia bersyukur sehingga ia selalu memberikan motivsi dan didikan kepada siapapun termasuk kepada karyawannya yang kebanyakan anak yatim.
      “Saya menyentuh mereka tidak hanya pekerjaan, tetapi juga soal kehidupan,” tukasnya. Ia juga mengaku sering bersikap keras kepada karyawannya dengan maksud agar karyawannya tidak lemah.
      “Ya kadang mereka menangis tapi mereka tahu bahwa saya sayang kepada mereka,” ujarnya.
Clarysa juga mengajarkan agar anak-anak muda menghormati yang lebih tua dan tidak lupa diri meski sudah sukses. Kini orang mengenal Clarysa sebagai seorang pengusaha muda owner sekaligus Chief Exetive Officer (CEO) PT. East Kedaton Jayaland (Clarysa Property) dan Founder TBA. Khalifah Indonesia (metode ummi).
      Clarysa yang mengaku punya hobi kerja dan kumpul dengan keluarga serta teman dekat ini berpesan agar kita dalam melakukan sesuatu lakukanlah dengan hati dan kesungguhan. “Tidak ada sesuatu yang instan kecuali mie instan,” ujarnya sambil senyum. “Be your self, jangan bangga menjadi plagiat, percaya deh tiap makhluk punya kelebihan dan kelemahan masing-masing, yang penting jaga hati jangan terlalu risau dengan mata makhluk, terpenting lagi Robb kita ridho, makin sederhana memandang dunia, makin ringan hati kita, insya Allah,” pungkasnya. (TEGUH EKAJA).

Nama       : Clarysa F. Hassan, S.E.
Lahir        : Lumajang, Februari 1983
Anak        : Regina P. Sayyidhina & Pangeran Hasanal
Orang tua : Drs. Moch. Hasan & Vicenora Hesti
Saudari     : Lidia Emerita
Pekerjaan  : CEO. PT. East Kedaton Jayaland (Clarysa Property), Founder TBA. Khalifah Indonesia (metode ummi). Email : clarysahassan@yahoo.com

Pengalaman organisasi :
-Bendahara Real Estate Indonesia (REI) komisariat Jember Lumajang Bondowoso 2016-sekarang.
-Ketua Bidang UMKM KADIN Lmjg 2010-2015.
-Bendahara Partai Golkar Lmjg 1998-2014.

Pendidikan :
• TK Dharma Wanita Kab. Lumajang.
• SD Ditotrunan 01 Lumajang.
• SLTPN 01 Lumajang.
• SMAN 02 Lumajang..
• STIE Malangkucecwara (ABM).














Posting Komentar

0 Komentar