PKB KUTUK PEMBAKARAN BENDERA PDI PERJUANGAN


      Meski sudah berlalu, aksi pembakaran bendera PDIP oleh massa demonstrasi di depan Gedung DPR RI beberapa waktu lalu ternyata masih menggaung ke daerah-daerah hingga kini. Setelah DPC PDIP Lumajang melaporkan aksi itu ke Polres Lumajang, kini PKB bersuara soal aksi pembakaran tersebut.
      Ketua DPC PKB Lumajang H. Anang Ahmad Syaifuddin saat hadir di acara talkshow radio Semeru FM Jumat (3/7) menyatakan mengutuk keras aksi pembakaran bendera PDIP tersebut. “Sangat memprihatinkan, saya ketua partai PKB sangat mengutuk sekali terhadap pembakaran bendera PDIP pada suatu event demo yang dilakukan oleh kelompok Islam yang fundamental,” ujarnya.
      Anang mengatakan jika benci dengan Jokowi maupun PDIP, karena tidak suka atau benci terhadap kepemimpinanya jangan sampai merusak tata negara dan merubah semuanya. “Itu yang menurut saya sangat-sangat memprihatinkan sekali,” tegasnya. Uniknya menurut Anang kaum yang getol kampanye tentang khilafah dan membenci Jokowi tersebut ternyata berkepentingan membuat konten yang kontennya jadi sponsor pembalut.
      Belum lagi ternyata mereka juga menghimpun dana untuk mendirikan suatu badan usaha bersama, mengkapitalisasi suatu isu untuk kepentingan ekonomi mereka, itu yang disayangkan Anang. Ia juga mencontohkan 212 Mart yang sudah banyak berdiri di mana-mana.
      “Ya memang membantu atau berkontribusi terhadap pembangunan perekonomian kita, tapi mbok yo jangan dengan cara itu, melakukan suatu kapitalisasi isu,” ujar Anang.


      Sebelumnya H. Bukasan Wakil Ketua DPRD Lumajang dari Fraksi PDIP juga sempat menyinggung aksi pembakaran bendera partai PDIP tersebut. “Bakar-bakar itu bagian dari provokasi untuk memancing dan merongrong, kalau kita terprovokasi akhirnya menjadi bahaya juga buat kita,” ujar Bukasan.
      Pembakaran bendera PDI perjuangan tersebut menurut Bukasan cukup disikapi dengan melaporkannya ke pihak yang berwajib. "Kalau misalkan diinstruksikan untuk bertarung, kita semuanya siap tapi bukan seperti itu cara bernegara yang baik, negara kita negara hukum,” kata Bukasan.
      Bukasan mengatakan bahwa Islam tidak mengajarkan menjelekkan orang lain. Nabi Muhammad SAW justru mengampuni. Jika tidak suka kepada pemimpinnya, menurut Bukasan sebaiknya mendoakan agar pemimpin tersebut berubah dan mengerti sesuai yang diinginkan dari masyarakat.    “Menjelek-jelekkan pemimpin tidak akan merubah apapaun, itu bukan sikap Islami,” ujarnya.
      Hal senada diungkap Ketua GP Anshor Lumajang Gus Fahrurrozi atau Gus Eros. Ia menyatakan bahwa melakukan sesuatu itu bisa dilakukan dengan cara yang baik. Dalam Islam menurutnya ada perintah menegakkan yang benar dan melarang yang salah dengan amar makruf nahi mungkar.  “Amar makruf nahi mungkar itu dilakukan dengan cara lembut, harus dengan cara persuasif bukan dengan cara represif, kitab-kitab kami mengajarkan itu” ungkapnya.



       Ia juga mengatakan pihaknya sempat dibully juga ketika ada demo penolakan RUU Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang mempertanyakan Anshor dan Banser. “Katanya dulu pancasialis kok ndak ikut demo? Amar makruf kami bukan demo, melalui PBNU dan melalaui PKB sudah melakukan penolakan, ngapain harus turun jalan. Dengan cara pendekatan yang baik sudah bisa kok, ngapain capek-capek buang energi. Nggak perlu norak, kita bukan Islam kagetan, Itu urusan yang di atas,” tegasnya. (TEGUH EKAJA)

Posting Komentar

0 Komentar