DUO "AISYA" BERGELUT DI PENDIDIKAN LUAR BIASA


 

       Dua gadis cantik ini, seolah tidak bisa lepas dari dunia penyandang disabilitas. Ibunya, Emy Kustantinah, S.Pd, yang guru Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP-LB), tampaknya secara tidak sengaja telah memberi pengaruh terhadap minat dua gadis ini.
      Meski sebelumnya mereka mengaku tidak ada niat untuk mengikuti jejak ibunya, tetapi seiring perjalanan waktu, mereka justru terhipnotis dengan dunia Sekolah Luar Biasa (SLB) yang nota bene harus bergumul dengan anak-anak penyandang disabilitas.
      Erika Yunia Wardah, S.Pd, M.Pd., dan Eliyan Dwi Talita, itulah mereka yang pada hari Senin (20/4) lalu diundang menjadi bintang tamu di acars Bincang Bincang Santuy (BBS) Radio Semeru FM.
      Erika dan Eliyan merupakan anak pertama dan kedua dari pasangan Hariyanto, S.Pd dan Emy Kustantinah, S.Pd. Jika sang ibu bekerja sebagai guru, ayahnya adalah penyiar Radio Semeru FM dan host di berbagai acara penting di Lumajang dan kota-kota lain di Jawa Timur.
      Pertanyaan sederhana dan simpel diajukan host Ferry Sinaro dan Nuris Hamzah kepada mereka berdua untuk mengawali perbincangan di BBS tersebut. Mereka diminta menilai pribadi masing-masing kakak beradik ini. Sang adik yakni Eliyan diminta menyampaikan sosok kakaknya yang langsung dijawab, ”Kakak adalah jomblo berkualitas,” ujarnya menggoda sembari terkekeh. Sang kakak yang digoda membalas dengan senyum simpul.
       Sontak ini membuat presenter Ferry Sinaro menggoda, bahwa gadis secantik dan sepintar Erika tidak mungkin jomblo, pasti banyak penggemarnya. “Kalau tidak minder ya takut mendekati Erika,” ujar Ferry. “Fans Fake,” sambung Eliyan menggoda seolah ingin menyampaikan, kakaknya punya banyak penggemar, tetapi palsu semua.
      Berbeda dengan Eliyan, Erika sang kakak justru tidak membalas menjahili Eliyan. Sang kakak justru menyanjung adiknya. Di mata Erika, sang adik adalah sosok yang berkualitas, “Dia itu talented, pinter menari, menyanyi, qiroah, bahkan pinter makeup,” ujarnya.
      Diceritakan jika waktu wisudanya beberapa bulan lalu, sang adik yang mendandani seluruh keluarganya mulai dari adiknya yang paling kecil hingga dirinya dan ibunya. “Kecuali ayah tidak kami make up,” ujar Eliyan. “Tapi adik saya ini nyebelin,” ujar Erika yang langsung disambar Eliyan dengan kata-kata, “jujur banget,” ujanya. 




INGIN JADI POLWAN, TIDAK KESAMPAIAN
      Kakak beradik ini dulunya punya cita-cita yang jauh dari pendidikan yang digelutinya saat ini. Baik Erika maupun Eliyan, sama-sama pernah bercita-cita menjadi Polisi Wanita (Polwan).
      “Sejak SD sampai dengan SMP, sudah ngebentuk diri banget, karena pingin jadi polisi. Namun setelah SMA ada satu dua hal yang membuat saya tidak bisa masuk, kemudian saya merubah mimpi dengan mencari cita-cita lainya,” ungkap Erika. 

Erika Yunia Wardah
      Ketertarikanya di bidang Pendidikan Luar Biasa (PLB) terinspirasi setelah sering bertemu dengan penyandang disabilitas bersama ibunya. “Bermula dari sering ketemu mereka itu saya jadi tertantang dan hingga kini kemudian saya fokus terjun di PLB,” imbuh Erika, dara cantik yang hobinya membaca dan berenang tersebut.
      Erika mengaku sering dimintai tolong ibunya untuk melatih murid-murid SLB. "Saya melatih anak tuna rungu dengan didampingi penerjemah bahasa isyarat. Jebatnya mereka cepat bisa, padahal tidak bisa mendengar musik pengiringnya," jelentrehnya.
      Sementara adiknya Eliyan Dwi Talita atau yang akrab disapa Liyan, juga tidak kalah uniknya. Liyan paling tidak konsisten dengan cita-citanya, “Saya pernah bercita cita jadi dokter, kemudian berubah jadi polwan dan sekarang terjun di dunia yang sama dengan kakak,” ungkap mahasiswa semester IV Pendidikan Luar Biasa di Universeitas Negeri Surabaya (UNESA), se kampus dengan kakaknya.
      Liyan berjanji, kelak dirinya ingin menjadikan anak didiknya insan yang berprestasi. Liyan yakin bisa mensejajarkan kaum disabelitas dengan orang normal lainnya dengan membuat mereka berprestasi di bidangnya. Keyakinan Liyan ini terinspirasi dari teman kuliahnya. 

Eliyan Dwi Talita
      Liyan mengaku punya teman sekampus yang memiliki kebutuhan khusus, yakni tuna netra, namun prestasi belajarnya luar biasa, “Saya kagum dengan teman kuliah saya itu. Berarti guru yang mengajarinya mulai awal sekolah, sungguh luar biasa,” ujarnya kagum.
      Baik Liyan maupun kakaknya Erika semula sama-sama tidak terima jika ada yang mengatakan, sekolah yang dia geluti saat ini, atas paksaan keluarga khususnya mamanya yang memang mengajar di SMP-LB.
      Menurut duo aisyah cantik ini, justru mamanya sempat mempertanyakan pilihan yang diambilnya. "Banyak jurusan lain yang bergengsi yang jelas kamu bisa masuki, kamu pintar, apa kamu gak malu harus ambil jurusan yang nantinya sama dengan yan mama lakoni" jelas Erika menirukan ucapan mamanya. Namun ia sudah sangat mantan dengan pilihannya. Bahkan semakin didalami ilmunya, samakin besar pula kecintaanya kepada dunia PLB.


LULUS CUMLAUDE DAN HOBI MENULIS

      Erika dan adiknya dikenal cerdas dan memiliki prestasi akademik cemerlang. Erika lulus S1 PLB di UNESA dengan nilai Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,71 dalam skala nilai IPK 0 sd 4. Dan lulus S2 di kampus yang sama dengan IPK 3,89. Artinya, ia lulus dengan predikat cumlaude. Kalau dalam skala nilai 0 sd 10, kira-kira nilai Erika itu sekitar 9 an. Keren kan.
Eliyan Dwi Talita
      Erika yang sudah lulus pasca sarjana PLB UNESA ini memiliki hobi menulis. Untuk menyalurkan hobi menulisnya, dia sudah menulis di jurnal ilmiah tentang pijakan pendidikan inklusi Lumajang, “Alhamdulilah bisa diterbitkan oleh Antlantis Publisher Internasional,” imbuhnya. Dia mengaku masih berkeinginan membuat buku untuk anak berkebutuhan khusus, agar mudah dipahami oleh mereka.
      Erika yang pernah ikut studu ke Thailand waktu kuliah ini menjabarkan banyak soal dunia disabilitas yang menurutnya sangat unik dan butuh perhatian khusus. Ia sangat interes terhadap kaum penyandang disable sehingga muncul ide untuk mendirian sebuah layanan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Erika Yunia Wardah
      Usai lulus dari pasca sarjana UNESA, Erika mengaku mulai menekuni Binar Layanan Intervensi Terpadu untuk ABK. Bidang yang dia geluti kali ini bertujuan untuk memetakan masing-masing ABK agar bisa dikategorikan jenis apa, agar penangananya lebih mudah, “Karena ABK itu kan banyak jenisnya,” paparnya. Dengan upaya ini dia berharap bisa membantu mereka yang berkebutuhan khusus, agar bisa terbantu dengan optimal. Fokus Erika adalah pada anak berkategori autis.
      Sementara itu Eliyan yang memiliki bidang yang sama dengan kakaknya justru tidak ingin terlalu mengejar titel. Erika ingin segera mengaplikasikan ilmunya di duia nyata, sehingga Ia berharap, usai kuliah langsung mengajar. Ia lebih tertarik menggeluti bidang tuna netra, lantaran terinspirasi teman kuliahnya yang juga seorang tuna netra tapi punya kemampuan mumpuni.
      Di penghujung acara BBS ini, Erika menyebutkan bahwa kaum disable jarang mendapat perhatian msyarakat. Apalagi di masa pandemi corona ini mereka sangat terpukul, karena waktu kerjanya berkurang atau bahkan mereka tidak mendapat penghasilan sama sekali. ”Saya berharap mereka juga dibantu, karena mereka juga terdampak pandemi corona,” himbaunya.
      Senada denga kakaknya, Eliyan berharap, di era pandemi ini akses informasi untuk kaum disablitas dimudahkan ”Kita tahu, tuna rungu tidak bisa mendengar informasi yang disampaikan, sementara di setiap berita tidak disertai interpreter yang bisa menjelaskan atau menerjemahkan informasi tersebut,” ujarnya.
      “Saya bangga dengan adik saya yang dengan berani bisa terjun di Pendidikan Luar Biasa. Banyak potensi yang dia miliki bisa diabdikan untuk kaum disable,“ pungkas Erika menyanjung adiknya.
      Sementara Eliyan berseloroh jika kakaknya adalah seorang pemikir. “Kakak sebagai konseptor dan saya yang mengaplikasikan konsepnya itu,” pungkasnya (YONI/TEGUH EKAJA)

Posting Komentar

0 Komentar